Monday, June 8, 2020

RIBUT KHILAFAH, BUAT APA?




Oleh : Muhammad Rivaldy Abdullah

Isu Khilafah ini memang ramai “digoreng” oleh media sejak munculnya kelompok bersenjata ISIS di negeri Syam. Sejak saat itu masyarakat kita ramai membicarakan tentang khilafah. Saat itu, media menggambarkan bahwa khilafah sama dengan ISIS. Padahal, sekali pun ISIS mengusung khilafah bukan berarti khilafah identik dengan ISIS. Atau dengan HTI dan lain-lain.

Keributan soal khilafah muncul lagi dalam panasnya perpolitikan nasional jelang pemilihan presiden periode 2019-2024. Kabarnya, dalam tim Prabowo terdapat para pendukung dengan ideologi khilafah. Tentu kabar ini langsung dibantah oleh tim Prabowo.

Hanya demi mendulang suara, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba melempar isu khilafah ke tengah permukaan. Dan bisa kita prediksi, lambat-laun pasti isu ini akan meredup, di ganti dengan isu lain. Begitu seterusnya. Inilah Indonesia.

Sebetulnya, apa itu Khilafah?

Istilah khilafah bukan istilah yang baru di gaungkan oleh beberapa kelompok atau firqah. Istilah ini telah di gaungkan oleh beberapa kelompok sejak lama, seperti Hizbut Tahrir, Ahmadiyah, Syi’ah (namun mereka lebih mempopulerkan istilah Imamah), Khalifatul Muslimin, dan lain-lain. Yang paling menarik perhatian tentu saja ISIS (Da’isy, dalam bahasa Arab). Mungkin akan bermunculan lagi khilafah-khilafah versi kelompok lain.

Karena itu pertanyaan nya : Mengapa hari ini istilah tersebut diributkan? Toh konsep khilafah berbagai kelompok itu sejak lama sudah digaungkan. Dan mayoritas ummat Islam tidak terpengaruh oleh mereka.

Perlu diketahui, bahwa istilah khilafah itu merujuk kepada kepemimpinan bersifat politis dalam konteks bernegara. Bukan nama sebuah negara dan bukan nama sebuah sistem. Itu lah yang dipahami oleh para ulama.

Karena itu, tepat jika negara Indonesia ini disebut Al-Khilafah Al-Indunisiyyah. Jika Presiden yang di angkat di Indonesia menerapkan aturan Islam secara kaffah (menyeluruh), maka itulah hakikat khilafah. Dan nama negara nya tetap NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

Jika Prabowo atau Jokowi yang memimpin kelak, menerapkan syari’ah Islam misalnya, maka itulah khilafah. Dan ini seharusnya yang kita perjuangkan. Tidak harus mengubah nama negara Indonesia menjadi NEGARA KHILAFAH.

Jangan berpikir bahwa khilafah adalah sebuah negara baru, yang merongrong negara Indonesia. Itu konsep-nya ISIS.

Lihat saja, para ulama kadang menyebut istilah KHILAFAH ini dengan istilah yang lain, seperti misalnya : IMAMAH KUBRA, IMARAH ‘AMMAH, atau KESULTANAN. Jadi, istilah KHILAFAH itu bukan istilah baku dan bukan nama negara atau sistem tertentu.

Al-Imam Al-Mawardi termasuk ulama yang membicarakan masalah kepemimpinan ini. Judul bukunya : Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Hukum-Hukum berkenaan dengan Kesultanan). Tidak harus sama persis dengan konsep Imam Al-Mawardi, tapi yang jelas intinya : kepemimpinan negara ini menerapkan hukum/syari’at Islam.

Ingat, kita tidak boleh menolak istilah khilafah hanya gegara diusung oleh ISIS, Hizbut Tahrir, Ahmadiyah, Syi’ah atau yang lainnya. Kita menerima istilah khilafah, imamah, imarah, kesultanan tentu dalam konteks apa yang dipahami oleh para ulama.

Kegaduhan yang terjadi saat ini tentu saja sangat di sayangkan. Mereka mengatakan, “Jangan SURIAH-kan Indonesia”. Tapi nyata nya mereka sendiri yang berusaha membuat kegaduhan dan menciptakan konflik. Sesama muslim di adu domba. Buat apa masalah beda memahami istilah ini diributkan?
Semoga Allah Ta’ala menjaga negeri ini tetap aman, tentram dan damai jauh dari konflik bersaudara...

No comments:

Post a Comment