Wednesday, May 27, 2020

PROFESI YANG PALING AFDHOL




Oleh : Muhammad Rivaldy Abdullah

Dulu kiyai kami di pondok pernah mengatakan, bahwa profesi yang dianjurkan itu menjadi pedagang. Apa pasal?

Menurut beliau, pedagang itu beda dengan karyawan atau pegawai kantoran yang gaji nya bulanan dan sudah terjamin. Pedagang itu konsepnya untung-untungan. Bisa jadi hari ini untung, besok buntung. Karena untung-untungan itulah biasanya nilai ketawakkulan nya kepada Allah tinggi.

*Catat : Yang betul itu “tawakkul” ya, bukan “tawakkal”. Tawakkul itu dalam bahasa Arab se-wazan [satu bentuk] dengan kata “Tafakkur”

Ternyata soal profesi apa yang paling afdhol itu memang disinggung oleh para ulama di kitab-kitab fikih. Misalnya, Imam Ibn Hajar Al-Haitami As-Syafi’I dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarh Al-Minhaj menulis :

(فَرْعٌ)
أَفْضَلُ الْمَكَاسِبِ الزِّرَاعَةُ لِأَنَّهَا أَعَمُّ نَفْعًا وَأَقْرَبُ لِلتَّوَكُّلِ وَأَسْلَمُ مِنْ الْغِشِّ ثُمَّ الصِّنَاعَةُ؛ لِأَنَّ فِيهَا تَعَبًا فِي طَلَبِ الْحَلَالِ أَكْثَرَ ثُمَّ التِّجَارَةُ

“[Cabang Pasal]

Profesi/mata pencaharian paling utama itu adalah bertani. Sebab, yang nama nya bertani itu kemanfaatannya paling luas, lebih dekat dengan sikap tawakkul, dan lebih selamat dari praktek kecurangan.

Setelah itu profesi yang afdhol adalah membuat barang. Sebab di dalamnya terdapat keletihan yang banyak dalam rangka mencari rizki halal [dan ini berpahala]. Kemudian setelah itu berdagang.” (Tuhfatul Muhtaj, 9/389)

Jadi menurut beliau urutan profesi yang paling afdhol :

Bertani - Membuat Barang - Berdagang

Sedangkan Imam Al-‘Iraqi menulis lebih lengkap :

وقال الماوردي أصول المكاسب الزراعة والتجارة والصنعة وأيها أطيب؟ فيه مذاهب للناس أشبهها بمذهب الشافعي أن التجارة أطيب. قال والأشبه عندي أن الزراعة أطيب؛ لأنها أقرب إلى التوكل قال النووي في شرح المهذب في صحيح البخاري عن المقدام بن معدي كرب - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال «ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده وإن نبي الله داود - عليه السلام - كان يأكل من عمل يده» قال النووي فالصواب ما نص عليه رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وهو عمل اليد فإن كان زراعا فهو أطيب المكاسب وأفضلها؛ لأنه عمل يده ولأن فيه توكلا كما ذكره الماوردي ولأن فيه نفعا عاما للمسلمين والدواب وأنه لا بد في العادة أن يؤكل منه بغير عوض فيحصل له أجره وإن لم يكن ممن يعمل بيده بل يعمل له غلمانه وأجراؤه فاكتسابه بالزراعة أفضل لما ذكرناه

Berkata Al-Imam Al-Mawardi : “Dasar dari segala mata pencaharian ialah bertani, berdagang dan membuat barang. Mana yang paling baik? Di dalam masalah ini terdapat banyak pandangan. Yang paling mirip dengan pandangan madzhab Syafi’I ialah, bahwasanya berdagang itu lebih baik. Kemudian Al-Mawardi berkata : Dan yang paling mirip dengan madzhab Syafi’I menurut ku ialah bertani lebih baik. Sebab, dengan bertani seseorang lebih dekat dengan sikap tawakkul.

Berkata Imam Nawawi dalam Syarh Al-Muhadzdzab : Di dalam Shahih Al-Bukhari dari Miqdam Ibn Ma’di Karib -radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam ia bersabda:

“Tidaklah seseorang makan lebih baik daripada hasil kerja tangan ia sendiri. Dan sesungguhnya Nabiyullah Dawud ‘Alayhissalam dahulu makan dari hasil kerja tangannya sendiri”

Berkata Imam Nawawi : Yang betul adalah apa yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam yaitu pekerjaan yang dilakukan dengan tangan. Jika seandainya bertani, maka itu adalah sebaik-baik dan seutama-utamanya mata pencaharian. Sebab bertani itu pekerjaan yang langsung dikerjakan dengan tangan dan di dalamnya terdapat nilai tawakkul sebagaimana disebutkan Al-Mawardi. Sebab yang lainnya : dalam bertani terdapat manfaat secara luas bagi ummat Islam dan makhluk hidup lain. Dan sesungguhnya berdasarkan lazimnya hasil dari kerjanya akan dinikmati oleh orang lain yang kadangkala ia tidak mendapatkan timbal balik. Disitulah ia akan dapat pahala, bahkan seandainya bukan dari kerja tangan nya langsung, seperti misalnya hasil kerja tangan pembantu dan suruhannya [ia dapat pahala juga]. Karena nya, mata pencaharian dia bertani merupakan yang paling utama [dari semua profesi] dengan alasan yang kami sebutkan ini. (Tharh At-Tatsrib fi Syarh At-Taqrib, 4/84)

Di Jepang, katanya profesi petani adalah profesi yang sangat dihargai. Di setiap sayuran dan hasil tani yang dijual di toko-toko di jepang, terpampang foto sang petani beserta keluarga dan bagaimana mereka berusaha menyajikan hasil tanaman terbaik mereka.

Di sebagian tempat di Indonesia, profesi petani justeru malah seperti tidak dianggap. Padahal, para petani adalah pejuang-pejuang pangan, yang karena kerja keras mereka pangan kita dan keluarga kita tercukupi. Seharusnya mereka diberi perhatian dan dukungan.

Mudah-mudahan para petani kita mendapat apresiasi yang layak atas kerja keras mereka selama ini, baik dari pemerintah maupun masyarakat.

No comments:

Post a Comment