Tuesday, April 7, 2020

HUKUM MEMBATALKAN SHALAT SUNNAH KARENA IQAMAH



Ustadz Rivaldi, bagaimana hukumnya org membatalkan shalat sunnah gara-gara sudh keburu iqamah/qomat? Jazakallah ahsanal jazaa...

Jawaban :

Al-Imam Badruddin Ibn Qadhi Syuhbah As-Syafi’I menulis dalam Syarh Al-Minhaj,

(ولا يبتدئ نفلًا بعد شروعه فيها) لما في "صحيح مسلم": "إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ .. فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ"، وفي معنى الشروع قربُ إقامتها.

[Dan seseorang tidak boleh memulai shalat sunnah tatkala muadzin telah mengumandangkan iqamah], berdasarkan hadits dalam shahih Muslim :

"إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ .. فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ"

“Jika telah dikumandangkan iqamah .. maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib” (HR. Muslim No. 710)

Dan maksud “iqamah telah dikumandangkan oleh muadzin” termasuk di antaranya jika iqamah dalam waktu dekat.

(فإن كان فيه .. أَتَمَّه إن لم يخش فَوْتَ الجماعة، والله أعلم) لما في ذلك من إحراز الفضيلتين وعدم إبطال العبادة، فإن خشي فواتها .. اقتصر على ما أمكن من النافلة؛ ليدرك فضيلة الجماعة؛ فإنها صفة فرض، أو فرض على رأي، فكانت أولى من النفل، وظاهر كلامه: أنه متى أمكنه إدراكُ تكبيرة قبل سلام الإمام .. أتمّ النافلة، وبه صرح في "شرح المهذب" تبعًا للشيخ أبي حامد وآخرين.

[Jika terlanjur shalat dan iqamah/qomat dikumandangkan, maka shalat sunnah tersebut disempurnakan jika tidak khawatir ketinggalan berjamaah, wallahu a’lam].

Sebab, dalam hal tersebut (yakni menyelesaikan shalat sunnah meski sudah iqamah) merupakan bentuk meraih dua keutamaan/pahala (pahala shalat sunnah dan shalat berjamaah) dan cara supaya tidak masuk dalam kategori membatalkan ibadah (membatalkan shalat sunnah).

Namun jika khawatir ketinggalan shalat berjamaah, maka ia mengerjakan semampunya yang bisa ia kerjakan dari shalat sunnah tersebut, agar bisa langsung ikut shalat berjamaah.

Shalat berjamaah itu wajib, atau wajib menurut salah satu pendapat. Dan yang wajib di dahulukan daripada sunnah.

Maksud dari “ia mengerjakan semampunya yang bisa ia kerjakan dari shalat sunnah tersebut” : maksudnya sampai ia mungkin untuk ikut berjamaah sebelum imam mengucapkan salam... ibarat nya, ia selesaikan dulu shalat sunnah nya (sampai kemungkinan masih bisa ikut berjamaah sebelum salam nya imam). Begitulah kira-kira penjelasan Imam Nawawi di dalam kitab Syarh Al-Muhadzdzab mengikuti penjelasan Syaikh Abu Hamid dan yang lainnya. (Bidayatul Muhtaj fi Syarh Al-Minhaj, 1/345)

Inti nya :

- Jika waktu iqamah/qomat diperkirakan sudah dekat, ia tidak boleh mengerjakan shalat sunnah. Apalagi jika iqamah sudah benar-benar dikumandangkan. Ia bisa membadal/mengganti shalat sunnah qabliyah setelah selesai shalat fardhu. Termasuk shalat qabliyah shubuh dan ashar, boleh dikerjakan setelah shalat fardhu dengan niat badal.

- Jika ia sudah terlanjur shalat sunnah, dan muadzin mulai iqamah/qomat, maka ia dianjurkan menyelesaikan shalat sunnah nya dengan catatan ia yakin masih bisa ikut berjamaah [batasnya sampai imam selesai salam]

- Jika ia tidak yakin bisa ikut berjamaah gara-gara menyelesaikan shalat sunnahnya, maka ia boleh membatalkan shalat sunnahnya.

- Membatalkan nya tidak perlu salam. Cukup langsung berjalan bergerak menuju jamaah.

Memang ada beberapa pertanyaan terkait “bolehkah seseorang membatalkan ibadah sunnah nya [baik shalat, shaum, dsb] tanpa ada alasan darurat?”. Ini perlu pembahasan khusus; sebab empat madzhab berselisih pendapat terkait boleh tidaknya membatalkan ibadah sunnah tanpa alasan darurat. In Sya Allah akan ditulis di lain kesempatan. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment